MENGENAL IMMANUEL KANT DAN POKOK PEMIKIRANNYA
Oleh: Andi Sunarto Ns
Narto's Note - Dilihat dari riwayat hidupnya, Immanuel
Kant adalah seseorang yang sederhana. Selama hidupnya Kant
menetap di Prusia dan mengalami masa peperangan tujuh tahun sewaktu
Rusia menaklukkan Prusia Timur. Ia juga hidupdalam masa revolusi
Perancis dan masa kejayaan Napoleon.
Selama hidupnya jarang sekali ia bepergian lebih dari 70 km dari
tempat tinggalnya. Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di
Prusia Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan
penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan menunggang kuda. Semula
namanya ditulis dengan Cant, tetapi karena adanya perubahan ejaan yang
menentukan bahwa huruf C juga dibaca seperti S, maka untuk tidak membuat
meragukan orang yangmengenalnya, nama itu ditulis seperti yang dikenal orang
sekarang. Perubahan itu telah terjadi pada zaman neneknya. Perhatian bagi
hal-hal kecil semacam itu antara lain yang mempengaruhi sikap hidup Kant yang
serba teliti lebih-lebih dalam hal pembagian waktu, sampai ia terkenal sebagai
seorang profesor yang bekerja menurut waktu yang telah ditentukannya.
Kehidupannya sebagai filsuf di bagi dalam dua periode: zaman pra-kritis dan
zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis
yangdilancarkan oleh Wolft. Tetapi karena terpengaruh oleh Hume
berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan
bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman
kritisnya, kant merubah wajah filsafatnya secara radikal. Ia menanamkan
filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme.
Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
Immanuel Kant seorang filsuf termasyhur dari Jerman memiliki tiga
pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih dahulu, dikarenakan pemikirannya
begitu original dan terlihat berbeda dari pemikiran para filsuf sebelumnya
terutama berangkat dari filsuf Inggris bernama David Hume. Berikut ini
pokok pemikirnnya:
- Panca indera, akal budi dan rasio. Kita
sudah tahu tentang arti empirisme yang mementingkan pengalaman inderawi
dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan
penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio yang kita
ketahui adalah sama dengan akal dan logis, namun Kant memberi
definisi berbeda. Pada Kant istilah rasio memiliki arti yang baru,
bukan lagi sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu yang
ada “di belakang” akal budidan pengalaman inderawi. Dari
sini dapat dipilah bahwa ada tiga unsur yaitu akal budi
(Verstand), rasio (Vernunft) dan pengalaman inderawi.
- Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk
mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk
membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu
unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi.
Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan yang datang lebih dulu
sebelum dialami, seperti misalnya pengetahuan akan bahaya, sedankan
a-posteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti misalnya dalam
menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah satunya saja yang dipakai misalnya
hanya empirisme saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang
diperoleh tidaklah sempurna bahkan bisa berlawanan. Filsafat Kant
menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara
keduanya.
- Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang
Kopernikan dalam bidang filsafat. Sebelum Kant,
filsafat hampir selalu memandang bahwa orang (subjek) yang mengamati
objek, tertuju pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant
memberikan arah yang sama sekali baru, merupakan kebalikan dari filsafat
sebelumnya yaitu bahwa objeklah yang harus mengarahkan diri kepada subjek.
Kant dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah
Filsafat Immanuel Kant pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari
objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si
pengamat objek (subjek). Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat
yaitu membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan merekonstruksikannya
kembali menjadi satu yang fresh, logis, dan berpengaruh.
Pemikiran
Kritisisme Immanuel Kant Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah
filsafat yang diintrodusir oleh Immanuel kant. Kritisisme adalah filsafat yang
memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan
batas-batas rasio. Perkembangan ilmu Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani
pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat Kritisisme
adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam
unsur dari filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah
penting, karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu pengetahuan menjadi sebuah
dogma. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme
sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai
kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama dari kritisisme adalah gagasan
Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika. Gagasan ini
muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pemikiran
Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Apakah yang dapat kita
ketahui?
2.
Apakah yang boleh kita
lakukan?
3.
Sampai di manakah
pengharapan kita?
4.
Apakah
manusia itu?
Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:
- Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat
pada subjekdan bukan pada objek.
- Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia
untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu
menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
- Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu
itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximanesa priori yang
berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
Selain beberapa hal terebut di atas Immanuel
Kant terkenal dengan 12 Kategori Kant. Apa saja yang termasuk, berikut ini
adalah 12 kategori Kant:
-
Unitas
-
Pluralitas
-
Tolalitas
-
Realitas
-
Negasi
-
Pembatasan
-
Inheren dan Penghidupan (Substansi dan Aksiden)
-
Kausalitas dan Ketergantungan ( Sebab dan Akibat)
-
Pertukaran antara komunitas antara Agen dan Pasien
-
Kemungkinan – kemustahilan
-
Eksistensi dan Noneksistensi
-
Pendelegasian kepentingan
Oleh.
Andi Sunarto Ns
Rappocini Raya, Mks/Rabu,
23 Desember 2014
Comments
salah satu diantaranya adalah buku FALSAFATUNA.
saya tidak sempat (alpa) menuliskan referensinya.