REFLEKSI FILSAFAT POLITIK, MELALUI
ETIKA POLITIK, MENUJU POLITIK UNTUK
KEMANUSIAAN
Potret kelam Politik di Indonesia
merupakan suatu Pekerjaan Rumah yang harus segera diselesaikan jika masih ingin
melihat ‘Republik’ ini tetap utuh. Perpolitikan di Indonesia sudah memasuki ‘Zona
Berbahaya’. Berbahaya untuk kelangsungan hidup dari masyarakat Indonesia. Masyarakat
indonesia dihantui oleh perasaan tidak aman yang mengakibatkan masyarakat
merasa ketakutan dalam setiap aktivitasnya. Konflik-konflik ‘setting-an’ sang
Pelitikus (penguasa) semakin menjadi-jadi.
Narto's Note - Tentu
(Pembaca) masih ingat dengan beberapa
konflik yang terjadi di Indonesia mulai peran antar etnis hingga peran antar
agama (Sampik, Ambon dan Poso). Semua
konflik tersebut bukan sebuah peristiwa insidental belaka. “Tidak mungkin ada
asap jika tidak ada api” dan tidak mungkin peristiwa tersebut terjadi jika
tidak ada (praktik politik untuk kekuasaan) yang melatarbelakangi. Politik
macam ini akan menggunakan segala cara untuk mecapai tujuannya.
Politik
sesungguhnya sesuatu yang mulia. Menurut Abdul Hamid Al-Ghazali politik adalah
keahlian untuk mewujudakan sikap mengalah yang timbal balik dan mewujudkan
konsensus. Namun, apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali terlihat seperti ‘omong
kosong’ jika kita melihat realitas yang
ada. Politik sekarang ini sudah mengalami pergeseran dimana politik bukan lagi
dijadikan alat untuk mencapai kesejateraan masyarakat akan tetapi dijadikan
sebagai alat untuk mencapai puncak kekuasaan dan kesejahteraan buat segelintir
golongan tertentu. Miris! ‘POLITIK UNTUK KEMANUSIAAN’ hanya sekedar utopia.
Melihat
realitas tersebut, kiranya dibutuhkan cara agar perpolitikan di Republik ini
tidak semakin kehilangan esensinya. Salah satu cara yang menurut hemat penulis
adalah dengan merefleksikan ‘Filsafat Politik’. Filsafat politik adalah cabang
filsafat yang membahas tentang tema kebebasan, keadilan, hak-hak hukum dan
sebagainya. Filsafat Politik juga dapat dipahami sebagai suatu politik yang
mengacu pada kehidupan politik yang baik, kebebasan moral, dan keadilan (Plato,
Aristoteles, Locke, Rousseau, Rawls dan Habermas). Filsafat Politik memiliki
tugas untuk menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip, mekanisme dan cara
penalaran khas politik yang ideal.
Namun,
untuk bisa merealisasikan konsep, prinsip dan cara penalaran khas politik yang
ideal harus terlebih dahulu melewati step
Budaya Politik dan Etika Politik (Budaya Politik yang Beretika). Budaya
politik dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengarahkan, membentuk tata hidup
dan perilaku politik. Dengan demikian, meskipun step ini sudah dilewati maka
untuk mencapai esensi politik maka Budaya politik tersebut harus sesuai
dengan Etika Politik.
Jika
semua step tersebut telah dilewati maka POLITIK UNTUK KEMANUSIAN segera menjadi
kenyataan.
Benteng,
Kep. Selayar, 30 Maret 2016
09.09 (WITA)
Andi Sunarto, S.H
Comments